
Perasaan seperti inilah yang muncul ketika mencermati pemberitaan seputar kontroversi padi Super Toy HL-2 akhir-akhir ini. Diawali dari berita mengamuknya petani di Desa Grabag, Purworejo, Jawa Tengah, karena gagal pada panen kedua padi yang disebut-sebut sebagai varietas unggul itu. Butiran padi itu ternyata kopong, tidak seperti yang dijanjikan ketika pemerintah menyosialisasikan penanamannya: Setahun panen tiga kali tanpa menanam ulang bibit dengan hasil mencapai 10 ton per hektar.
Keterlibatan Presiden SBY dalam kontroversi padi Super Toy HL-2 yang kemudian menjadi bahan bulan-bulanan lawan politiknya, terkait dengan kehadirannya pada pertengahan April lalu bersama istri dan sejumlah menteri ketika melakukan panen perdana di Purworejo. Presiden lalu mempromosikan padi yang penyebaran benihnya dilakukan oleh PT Sarana Harapan Indopangan (SHI) pimpinan Heru Lelono yang namanya diabadikan dalam kode HL untuk padi Super Toy HL-2. Sedangkan kode Toy diambil dari nama penemunya Toyung Supriyadi, petani Bantul, Yogyakarta.
Nama PT SHI dan Heru Lelono inilah yang menyeret presiden kita masuk dalam kontroversi menyedihkan tersebut. Heru Lelono adalah salah satu staf khusus Presiden SBY. Adapun SHI adalah satu dari tiga perusahaan di bidang pengembangan energi, pangan, dan air yang berbasis pada Cikeas Centre. Siapapun tahu kedekatan SBY dengan mantan politisi PDIP yang kini loncat masuk istana tersebut.
Nama Heru Lelono juga mengingatkan kita semua pada blunder pengembangan energi yang juga membuat Presiden SBY terlilit kontroversi beberapa saat lalu. Kasus Blue Energy yang dikembangkan Joko Suprapto kini berakhir di kantor polisi sebagai kasus pidana.
Presiden SBY yang selama ini terkenal dengan kecermatan dan kehati-hatian dalam mengambil keputusan (sehingga lawan politik melihatnya sebagai sosok peragu), agaknya terperosok dua kali pada staf khusus yang sama. Ketika rakyat merasa prihatin dengan presiden atas kontroversi ini, pada saat yang sama publik juga dibuat kesal oleh berbagai upaya kilah dari sosok Heru Lelono. Menepis kedekatan SHI dengan istana (SBY), melempar tanggungjawab masalah pada Super Toy HL-2 ke pihak-pihak lain, adalah sebagian dari kilahnya.
Mengantisipasi agar tidak terperosok tiga kali pada lubang serupa, presiden sebaiknya memberi kepercayaan dan porsi yang semestinya pada instrumen negara yang selama ini dibiayai uang rakyat. Balai Penelitian, Pengembangan dan Sertifikasi Benih di bawah Departemen Pertanian, misalnya, sama sekali tidak dilewati PT SHI ketika melepas Super Toy HL-2 ke petani. Padahal seseuai standar prosedur, varietasi padi baru harus lolos serangkaian uji coba, antara lain diuji-tanam di sedikitnya 10 lahan berbeda pada dua musim yang berlainan. Agaknya, Heru Lelono dan SHI-nya memanfaatkan jalur kedekatan dengan presiden untuk mem-bypass prosedur seperti ini. Sungguh sangat disayangkan. Kasihan presiden kita, kasihan petani kita.***
http://poskota.co.id/redaksi_baca.asp?id=819&ik=31
Tidak ada komentar:
Posting Komentar